PWS - Pengertian SULUK DIRI
-----------
SULUK DIRI...!!!
1. PENGERTIAN SULUK :
Husnu Al Suluk artinya Kelakuan Yang Baik,,
Kata suluk adalah bentuk masdar yang diturunkan dari bentuk verbal "salaka yasluku" yang secara harfiah mengandung beberapa arti yaitu (memasuki, melalui jalan, bertindak dan memasukkan, atau Jalan, Cara, Kelakuan, Tingkah Laku DIRI SENDIRI),,
Kata suluk adalah bentuk masdar yang diturunkan dari bentuk verbal "salaka yasluku" yang secara harfiah mengandung beberapa arti yaitu (memasuki, melalui jalan, bertindak dan memasukkan, atau Jalan, Cara, Kelakuan, Tingkah Laku DIRI SENDIRI),,
Menurut Imam Al Ghozali : Suluk berarti menjernihkan akhlaq, amal pengetahuan, Suluk dilakukan dengan cara aktif berkecimpung dengan amal lahir dan amal bathin, semua kesibukan hamba dicurahkan kepada Allah SWT, dengan membersihkan bathinnya untuk persiapan wushul kepada-NYA,,
Suluk hampir sama dengan thoriqoh/tarikat/tarekat, yakni cara mendekatkan diri kepada Allah, jika thoriqoh bersifat konseptual, sedangkan Suluk sudah dalam bentuk teknis operasional dalam arti yang sesungguhnya bukan hanya sekedar teori melainkan langsung dipraktikkan dalam tingkah laku keseharian aplikasi dari hasil Pengajian Pelatihan Pengolahan didalam Kurikulum Ilmu SULUK DIRI (Suri) / ILADUNI di PWS : Paguyuban WASISATU (Warga Silaturahmi Sabda Tunggal) agar ia dapat mencapai suatu ihwal keadaan "hirup hurip waras" sehat fisik dan mental atau maqom/derajat tertentu berada dalam keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT,,
Kaitan dengan Kurikulum ILMU SULUK DIRI di PWS (Paguyuban WASISATU) silahkan di klik link :
https://muhammadranggaarifin.blogspot.com/2016/12/paguyuban-wasisatu-warga-silaturahmi.html?m=1
Atau cari di Google ketik :
Aang MRA Paguyuban WASISATU - Pedoman Dasar,,
Suluk / Salik ialah orang yang tengah menempuh perjalan rohani, keadaan jiwa atau tindakan kalangan shufi (tashowwuf) yang dipandang sebagai sebuah perjalanan kepada Allah atau cara memperoleh ma'rifatullah,,
Adapun hakikat Suluk, ialah mengosongkan diri dari sifat-sifat buruk dari maksiat lahir dan bathin serta mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji atau mahmudah taat lahir dan bathin,,
Salik adalah orang yang bertaqwa, menjalankan perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA serta mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW,,
Satu ciri yang membawa bukti sebagai Salik ialah ia akan merasa dosa besar dan hatinya gelisah dan tidak akan tenang jika meninggalkan Sholat Fardhu tepat pada waktunya,,
Satu ciri yang membawa bukti sebagai Salik ialah ia akan merasa dosa besar dan hatinya gelisah dan tidak akan tenang jika meninggalkan Sholat Fardhu tepat pada waktunya,,
2. TUJUAN SULUK :
Tujuan shufi (Salik) melakukan Suluk adalah untuk mencapai ma’rifat yang sempurna dari Allah SWT,,
Ma'rifat menurut bahasa adalah menggetahui Allah SWT,,
Istilah Ma'rifat berasal dari kata "Al-Ma'rifah" yang berarti mengetahui atau mengenal sesuatu, dan apabila dihubungkan dengan pengamalan tashowwuf, maka istilah ma'rifat disini berarti mengenal Allah ketika shufi (mursyid) mencapai maqom dalam tashowwuf,,
Ma'rifat adalah ketetapan hati dalam mempercayai hadirnya wujud yang wajib adanya Allah yang menggambarkan segala kesempurnaan-NYA, hadirnya kebenaran Allah (pada Shufi) dalam keadaan hatinya selalu berhubungan dengan Nur Ilahi, membuat ketenangan dalam hati, sebagaimana ilmu pengetahuan membuat ketenangan dalam akal pikiran, barangsiapa yang meningkat ma'rifatnya, maka meningkat pula ketenangan hatinya,,
Ma‘rifat menurut ahli fiqih adalah ilmu, setiap ilmu itu ma’rifat, ma‘rifat itu ilmu, setiap orang alim arif dan setiap ‘arif itu alim,,
Ma‘rifat menurut ahli shufi ialah rasa kesadaran kepada Allah akan sifat dan Asma-NYA,,
Ma'rifat menurut istilah adalah sadar kepada Allah SWT yakni hati menyadari bahwa segala sesuatu termasuk gerak-gerik dirinya lahir bathin seperti melihat, mendengar, merasa, menemukan, bergerak, berdiam, berfikir dan sebagainya semua adalah Allah SWT yang menciptakan dan yang mengerakan, jadi semuanya dan segala sesuatu adalah Billah,,
Menurut Iman Al Ghozali : Ma'rifat ialah pengetahuan yang meyakinkan, yang hakiki, yang dibangun diatas dasar keyakinan yang sempurna (haqq al-yaqin), ia tidak didapat lewat pengalaman inderawi, juga tidak lewat penalaran rasional, tetapi semata lewat kemurnian qolbu yang mendapat ilham atau limpahan Nur dari Allah sebagai pengalaman kasyfiy atau ‘irfaniy, teori pengetahuan ala shufi ini dipandang telah ikut melemahkan semangat seseorang untuk aktif dalam kehidupan nyata secara seimbang antara tuntutan pribadi dan sosial, antara jasmani dan ruhani,,
Teori pengetahuan kasyfiy atau ‘irfaniy yang tidak menekankan peran indera dan rasio dipandang telah ikut melemahkan semangat seseorang untuk bergelimang dalam ilmu pengetahuan dan filsafat, orang lari dari dunia nyata yang obyektif ke dunia ghoib yang tidak dapat ditangkap oleh indera dan nalar, orang lebih mementingkan kebahagiaan diri sendiri daripada kebahagiaan dan keselamatan umat manusia, karenanya orang lebih tertarik pada sikap hidup isolatif daripada sikap hidup partisipatif, sikap hidup seperti ini berakibat pada banyaknya persoalan kemanusiaan tidak terurus yang sebenarnya menjadi tugas manusia,,
Ma'rifat merupakan ilmu yang tidak menerima keraguan yaitu ”pengetahuan” yang mantap dan mapan, yang tak tergoyahkan oleh siapapun dan apapun, karena ia adalah pengetahuan yang telah mencapai tingkat haqq al-yaqin, inilah ilmu yang meyakinkan, yang diungkapkan oleh Imam Al Ghozali sebagai berikut :
(Sesungguhnya ilmu yang meyakinkan itu ialah ilmu dimana yang menjadi obyek pengetahuan itu terbuka dengan jelas sehingga tidak ada sedikitpun keraguan terhadapnya dan juga tidak mungkin salah satu keliru, serta tidak ada ruang di qolbu untuk itu),,
(Sesungguhnya ilmu yang meyakinkan itu ialah ilmu dimana yang menjadi obyek pengetahuan itu terbuka dengan jelas sehingga tidak ada sedikitpun keraguan terhadapnya dan juga tidak mungkin salah satu keliru, serta tidak ada ruang di qolbu untuk itu),,
Secara definitif, ma'rifat menurut Iman Al Ghozali ialah :
(Terbukanya rahasia-rahasia Allah dan tersingkapnya hukum-hukum Allah yang meliputi segala yang ada),,
(Terbukanya rahasia-rahasia Allah dan tersingkapnya hukum-hukum Allah yang meliputi segala yang ada),,
Dari definisi diatas, dapat dikatakan bahwa obyek ma'rifat dalam ajaran tashowwuf tidak hanya terbatas pada pengenalan tentang Allah, tetapi juga mencakup pengenalan tentang segala hukum-hukum-NYA yang terdapat pada semua makhluk, lebih jauh dapat pula diartikan bahwa orang yang telah mencapai tingkat ma'rifat (al ‘arif) mampu mengenal sunnah dan hukum-hukum Allah yang hanya tampak pada orang-orang tertentu, oleh sebab itu adanya peristiwa-peristiwa Khowariqul 'Adah (luar biasa) seperti karomah, kasyf dan lain-lain yang dialami oleh orang-orang shufi, sebenarnya tidaklah keluar dari sunnah Allah dalam arti yang luas, karena mereka mampu menjangkau sunnah-NYA yang tak dapat dilihat atau dijangkau oleh orang-orang biasa, jadi dapat dikatakan bahwa obyek ma'rifat dalam pandangan Iman Al Ghozali mencakup pengenalan terhadap hakikat dari segala realitas yang ada, meskipun demikian pada kenyataannya Imam Al Ghozali lebih banyak membahas atau mengajarkan tentang cara seseorang memperoleh pengetahuan tentang Allah, yang memang tujuan utama dari setiap ajaran shufi,,
3. JALAN MANCAPAI SULUK :
Jalan yang dilakukan oleh shufi untuk mencapai Suluk adalah sebagai berikut :
{ a. MAQOMAT } :
Maqomat jamak dari maqom, yang berarti tahap-tahap perjalanan atau secara lebih popular diterjemahkan sebagai “stasiun” tidak ubahnya seperti stasiun kereta api yang harus kita lalui sepanjang perjalanan, dari “titik start” kita sampai kepada “finish” sebagai tujuan akhir perjalanan,,
Secara harfiah maqomat berasal dari bahasa arab yang berarti tempat orang berdiri atau pangkal mulia atau istilah lain sebagai jalan panjang yang harus ditempuh oleh seorang shufi untuk berada dekat dengan Allah, dalam bahasa inggris maqomat dikenal dengan istilah "stages" yang berarti "tangga",,
Maqomat adalah tahap-tahap perjalanan spiritual yang dengan gigih diusahakan oleh para shufi untuk memperolehnya, perjuangan ini pada hakikatnya merupakan perjuangan spiritual yang panjang dan melelahkan untuk melawan hawa nafsu, yang dipandang berhala terbesar dan arena itu kendala menuju Allah,,
# Tahapan Maqomat :
1. Al Taubah (Taubat) :
Taubat adalah menyesali tindak kelalaian kepada Allah yang telah tejadi disertai tekad kuat untuk melekatkan diri dengan jalan tashowwuf, landasan tashowwuf yang benar adalah taubat yang sesungguh-sungguhnya yang menjadi titik total seorang hamba dalam meninggalkan dosa-dosa secara total,,
Taubat adalah menyesali tindak kelalaian kepada Allah yang telah tejadi disertai tekad kuat untuk melekatkan diri dengan jalan tashowwuf, landasan tashowwuf yang benar adalah taubat yang sesungguh-sungguhnya yang menjadi titik total seorang hamba dalam meninggalkan dosa-dosa secara total,,
Menurut Imam Al Junaid : Taubat memiliki tiga pengertian, pertama sesal, kedua tekad untuk tidak mengulangi perbuatan yang dilarang oleh Allah, dan ketiga usaha mengembalikan madholim (orang yang dizolimi),,
2. Al Zuhud :
Zuhud disini adalah zuhud kepada dunia, menurut Shoofwan Al Tsauri : Zuhud adalah membatasi keinginan untuk memperoleh dunia dan bukan dalam arti makan makanan yang kasar atau mengenakan jubah dari kain kasar,,
Zuhud disini adalah zuhud kepada dunia, menurut Shoofwan Al Tsauri : Zuhud adalah membatasi keinginan untuk memperoleh dunia dan bukan dalam arti makan makanan yang kasar atau mengenakan jubah dari kain kasar,,
Abu Utsman berkata : Zuhud adalah hendaknya engkau meninggalkan dunia untuk kemudian tidak peduli dengan mereka yang mengambilnya, buah dari zuhud adalah kedermawanan, adapun pertanda zuhud adalah adanya sikap tenang ketika berpisah dengan harta milik, dikatakan bahwa bagi orang yang benar-benar zuhud, dunia akan menyerahkan diri kepadanya dengan penuh kerendahan dan kehinaan,,
3. Al Waro' :
Al Waro' menurut Abu ‘Ali Daqqaq adalah : Meninggalkan apapun yang syubhat,,
Al Waro' menurut Abu ‘Ali Daqqaq adalah : Meninggalkan apapun yang syubhat,,
Atau seperti yang dikatakan Ibrahim Ibn Adam yaitu : Meninggalkan segala sesuatu yang meragukan, segala sesuatu yang tidak berarti, dan apapun yang berlebihan,,
Waro’ didefinisikan secara lebih luas oleh Al Sibli : Menjauhi segala sesuatu selain Allah,,
Yahya Ibn Mu’ads membagi waro' menjadi dua, waro’ dalam pengertian dzikir, yaitu sikap yang mengisyaratkan bahwa tidak ada satu tindakanpun selain Allah, dan waro’ dalam arti bathin, yaitu sikap yang mengisyaratkan bahwa tidak ada sesuatu apapun yang memasuki hatimu kecuali Allah,,
Menurut penafsiran Imam Al Junaid : Tidak hanya sebatas pencarian rizki yang halal saja dengan menghindari syubhat-syubhat didalamnya, melainkan juga menyangkut komitmen menjaga diri untuk tidak mengucap hal-hal yang tidak diridhoi oleh Allah,,
4. Al Faqir :
Faqir biasanya diartikan sebagai orang yang miskin atau butuh, sedangkan dalam pandangan shufi, faqir adalah tidak meminta lebih dari apa yang telah ada pada diri kita, tidak meminta rizki kecuali hanya untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajiban, tidak meminta yang tak ada pada diri kita, kalau diberi diterima, tidak meminta tetapi tidak juga menolak,,
Faqir biasanya diartikan sebagai orang yang miskin atau butuh, sedangkan dalam pandangan shufi, faqir adalah tidak meminta lebih dari apa yang telah ada pada diri kita, tidak meminta rizki kecuali hanya untuk dapat menjalankan kewajiban-kewajiban, tidak meminta yang tak ada pada diri kita, kalau diberi diterima, tidak meminta tetapi tidak juga menolak,,
Ketulusaan dalam status kafaqiran yang hanya ditujukan kepada Allah saja membuat sang faqir sejati tidak mau mengemis dan meminta-minta pada manusia karena sudah merasa cukup kaya dengan apa yang diperolehnya dari Allah,,
5. Al Shobr (Sabar) :
Menurut Iman Al Ghozali sabar ada dua, sabar yang berkaitan dengan fisik, seperti ketabahan dan ketegaran memikul beban dengan badan, kesabaran seperti ini kadang dilakukan dengan perbuatan, seperti sabar menahan penyakit yang parah atau luka-luka yang menyakitkan, hal ini menjadi terpuji bila sesuai dengan syari’ah,,
Menurut Iman Al Ghozali sabar ada dua, sabar yang berkaitan dengan fisik, seperti ketabahan dan ketegaran memikul beban dengan badan, kesabaran seperti ini kadang dilakukan dengan perbuatan, seperti sabar menahan penyakit yang parah atau luka-luka yang menyakitkan, hal ini menjadi terpuji bila sesuai dengan syari’ah,,
Yang kedua disebut kesabaran yang terpuji dan sempurna, yaitu kesabaran yang berkaitan dengan jiwa dalam menahan diri dari berbagai keinginan tabi’at atau tuntutan hawa nafsu,,
6. Al Tawakkal :
Secara harfiah tawakal berarti menyerahkan diri, tawakal menurut Imam Al Junaid : Berarti percaya sepenuhnya kepada Allah sebagai penjamin rizki bagi setiap makhluk hidup,,
Secara harfiah tawakal berarti menyerahkan diri, tawakal menurut Imam Al Junaid : Berarti percaya sepenuhnya kepada Allah sebagai penjamin rizki bagi setiap makhluk hidup,,
Abu Nashr Al Sarroj berkata : Keadaan bertawakal kepada Allah adalah mengabdikan jasad untuk beribadah, mengaitkan hati kepada Allah dan bersikap tenang dalam mencari kebutuhan,,
Menurut Abu Sahl bin ‘Abdillah : Tawakal adalah menyerahkan diri kepada Allah dalam apapun yang dikehendaki oleh-NYA,,
7. Al Ridho :
Secara harfiah ridho berarti rela, suka, senang, menurut Al Qusyairi : Awal ridho adalah sesuatu yang dicapai oleh seorang hamba dan merupakan maqom, tapi pada akhirnya ridho merupakan keadaan rohani (hal) dan bukan sesuatu yang diperoleh dengan upaya manusia, orang yang ridho adalah yang sama sekali tidak menentang takdir-NYA,,
Secara harfiah ridho berarti rela, suka, senang, menurut Al Qusyairi : Awal ridho adalah sesuatu yang dicapai oleh seorang hamba dan merupakan maqom, tapi pada akhirnya ridho merupakan keadaan rohani (hal) dan bukan sesuatu yang diperoleh dengan upaya manusia, orang yang ridho adalah yang sama sekali tidak menentang takdir-NYA,,
{ b. AHWAL } :
Ahwal bentuk jamak dari "hal" biasanya diartikan sebagai keadaan mental (mental states) yang dialami oleh para shufi disela-sela perjalanan spiritualnya, ahwal sering diperoleh secara spontan sebagai hadiah dari Allah,,
Kata "hal" dalam prespektif tashowwuf sering diartikan dengan “keadaan”, maksudnya adalah keadaan atau kondisi spiritual. "Hal", sebagai suatu kondisi yang singgah dalam qolbu merupakn efek dari peningkatan maqomat seseorang,,
Menurut Al Sarroj : Ahwal adalah apa-apa yang bersemayam didalam qolbu dengan sebab dzikir yang tulus,,
Secara lebih jauh Al Qusyairi melihat bahwa : "Hal" merupakan arti yang intuitif dalam hati tanpa adanya unsur sengaja, usaha menarik, dan usaha lainnya, dari rasa senang atau sedih, leluasa atau tergenggam, rindu atau berontak, rasa takut atau suka cita, maka setiap "hal" merupakan karunia (mawahib), "hal" datang dari wujud itu sendiri, sedang maqom diperoleh melalui upaya perjuangan,,
Al Hujwiri berpendapat bahwa : "Hal" ialah sesuatu yang turun dari Allah kedalam hati manusia, tanpa ia mampu menolaknya bila datang, atau meraihnya bila pergi,,
Ibnu ‘Arobi menyebutkan : "Hal" (keadaan) adalah setiap sifat yang dimiliki seorang Salik pada suatu waktu dan tidak pada waktu yang lain, seperti kemabukan, fana’ (hilang kesadaran diri), ketidakhadiran dan ridho, eksistensinya bergantung pada sebuah kondisi, ia menjadi sirna manakala kondisi tersebut tidak lagi ada,,
# Macam-Macam Ahwal :
1. Muroqobah :
Secara literal, muroqobah berarti menjaga atau mengamati tujuan, sedang secara terminologis, berarti melestarikan pengamatan kepada Allah dengan hatinya, sehingga manusia mengamati pekerjaan dan hukum-hukum-NYA, dan dengan penuh perasaan-NYA. Allah melihat diri-NYA dalam gerak dan diam-NYA,,
Secara literal, muroqobah berarti menjaga atau mengamati tujuan, sedang secara terminologis, berarti melestarikan pengamatan kepada Allah dengan hatinya, sehingga manusia mengamati pekerjaan dan hukum-hukum-NYA, dan dengan penuh perasaan-NYA. Allah melihat diri-NYA dalam gerak dan diam-NYA,,
Menurut Al Sarroj : Muroqobah adalah kesadaran rohani seorang hamba bahwa Allah senantiasa mengawasinnya,,
Menurut Al Qusyairi : Muroqobah adalah keadaan mawas diri kepada Allah dan mawas diri juga berarti adanya kesadaran seorang hamba bahwa Allah senantiasa melihat dirinya, seorang hamba hanya akan sampai kepada muroqobah ini setelah sepenuhnya melakukan perhitungan dengan dirinya sendiri mengenai apa yang telah terjadi dimasa lampau, memperbaiki keadaannya dimasa kini, tetap teguh dijalan yang benar, menperbaiki hubungannya dengan Allah sepenuh hati, menjaga diri agar setiap saat senantiasa ingat kepada Allah, taat kepada-NYA dalam segala kondisi, baru setelah ini semua dilakukan, Allah melihat perbuatannya dan mendengar perkataannya,,
2. Qurb :
Secara literal, qurb berarti dekat dari-NYA dan kepada-NYA,,
Secara literal, qurb berarti dekat dari-NYA dan kepada-NYA,,
Menurut Al Sarroj : Qurb adalah penyaksian seorang hamba dengan hatinya akan kedekatan Allah kepada-NYA, maka ia mendekat kepada Allah dengan ketaatannya, dan mengerahkan segala keinginannya kepada Allah semata dengan cara mengingat-NYA secara berkala baik pada keramaian maupun dikala sendiri, kedekatan Allah kepada hamba-NYA banyak disebut dalam Firman-NYA seperti :
“Dan apabila hamba-hamba KU bertanya kepadamu tentang AKU, maka (jawablah), bahwasanya AKU adalah dekat. AKU mengobulkan permohonan orang yang berdo'a apabila ia memohon kepada-KU, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-KU) dan hendaklah mereka beriman kepada-KU, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”,,
(QS. Al Baqoroh : 186)
(QS. Al Baqoroh : 186)
Menurut Sari Al Saqothi : Qurb (mendekatkan diri kepada Allah) adalah taat kepada-NYA,,
Menurut Ruwaym Ibn Ahmad : Qurb menghilangkan setiap hal yang merintangi dirimu untuk bersama-NYA,,
-----------
-----------
Wallahu a'lam bishowab...!!!
Rahayu,, 🙏
Komentar